
Kau pastinya tahu kita pernah melarikan dahaga ke batu karang
Sebagai masa depan yang akan dituju, entah bersama entah sendiri
Saling mencatat alamat sebagai persinggahan dan kata-kata
Sebelum hilang teluk terakhir yang hendak kau tuju sepenuh rindu
Pada segala kemungkinan yang kau rapal sebagai janji
Lautan terus menua di tubuhmu karena puisi membunuh waktu
Di tanah leluhur yang lama kau tinggal, doa-doa telah menguap
Gunung-gunung menjelma hantu juga malam di batas pasir
Tak ada yang patut kau puja selagi kecemasan datang menikam
Dalam dirimu bunga-bunga tersungkur, menjadi pusaka bagi kubur
Sebagai masa lalu yang terlanjur surut, entah kelam entah suram
Juga cita-cita yang lama kau tanam serupa jangkar dan tali perahu
Kau terus berlayar dengan wajah terbakar sepi, barangkali juga pasi
Sedang cuaca tak mau reda menggiring ombak ke teras mimpi
Ada atau tidaknya harapan sama gelapnya menunggu mati
Mendulang kabut berangkat ke langit, ingkarnya hati teramat sakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar