
Sebening apakah matamu jika embun di ujung perdu
Menarilah kelopak bunga warna matamu sebening air
Matahari yang menuntun ke ufuk bibirmu merekah
Dekaplah-dekap rapatkan seluruh debar biar berdetak
Dari jemari kuku kita pernah meraba detakan yang sama
Mengimpun semua aroma yang terlepaskan sepeenuh cinta
Saling menduga dan membangun harapan diam-diam
Tentang masa depan yang entah seperti apa kita punya
Selebat apakah rambutmu jika di pakai merimbun kenangan
Beranak-pinak sebagai lelaki dan perempuan penyimpan kultus
Saling mengeja gerak sebagai ombak pada pantai, itu pelukan
Kita telah memamah kenangan sebulat matahari pada pagi
Banda Aceh, 29 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar