Rabu, 23 Juli 2008

Entah Kemana Awan Berlari


Ke langitlah kita mengirimkan airmata sebagai tanda pada luka
Sampai bila nanti suara musim mulai berpihak ke tiang nasib
Kita boleh menggulung layar sebagai harapan di ujung buritan
Pada ketika itu kita sama terbiasa saling membaca gerakan angin

Kepada hasrat yang begitu ingin melepaskan ikatan jemari
Kita saling melipat waktu untuk berlayar memperlebar jarak
Kepada nasib yang mengungulung benci di perbatasan ikatan hati
Kita saling menamam emosi sebagai bekal memperbesar dengki

Tentang masa lalu apakah pernah seperti rembulan?
Kita telah terbang juga berenang sebagai burung sebagai ikan
Lautan dan udara begitulah kita menunggang rindu menderu
Lalu suatu hari kita kehilangan arus air, entah kemana awan berlari

Kepada hasrat yang begitu ingin melepaskan ikatan jemari
Pada ketika itulah kita saling mengirimkan taji sebagai tanda luka
Kepada airmata kita saling memperhebat cakaran, mempertajam cakar
Barat dan Timur begitulah kita saling melempar lembing kematian

Banda Aceh, 23 Mei 2008

Tidak ada komentar: