
Merenda setiap warna sebagai pelangi
Biar terus menyala warna puisi
Kepada Hasan kita adalah tanah
Tetapi adakah si Nana memiliki wara?
memaki-maki seolah mengerti arti
Tentang Nirwan cukuplah sebagai bayang-bayang
Karena tanpa A kau tak menjadi Nirwana
Bagaimana bisa menghindar dari bayangan
Pokok berhala yang bernama Gunawan
Hu Hu Allah Hu dan Hidayat mari kita memanen buih
Menjadi diri sendiri atas segala dan sesuatu
Menjadi Kurnia entah Efendi entah Eka
Bagi semualah Rahmat itu sebagai Ali sang pintu ilmu
Kita memang tak selalu Raharjo
Tetapi Hidayat selalu memberi kata-kata
Tangan kita jualah yang selalu di tuntunNYA
Entah Sihir entah Sihar kita saling berSaut-sahutan
Ke Lawang Langit ke batas laut kau ku Pinang
Mempertegas senja sebagai batas perjalanan
Banda Aceh, 31 Mei 2008
*wara= Malu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar