Rabu, 23 Juli 2008

Lelaki Yang Berjalan Di Atas Laut

Pantailah tempat kita meraba rahasia sejak muda, juga cinta
Sebagai terang dan gelap antara batas air dan tanah daratan
Ketika itu waktu belum menjulurkan nasib, menyuburkan aib
Sebagai ombak, sebagai luka, masa depan atau pengkhianatan
Sampan yang terbalik, batu-batu berhulu badik terus mencabik

Lautlah tempat kita merapal niat meski lupa aroma rahim
Sebagai perantau dan anak laut, pada kenyataan dan jarak pulang
Semakin menjauh itu muara, semakin menjauh belaian ibu
Sebagai buih, hasrat yang ragu tak cukup nyali untuk bernyanyi
Ke dasar payau memburu waktu tanpa ada pengobat rindu

Pantailah tempat pasir mengubur kenangan tanda kembali, janji
Dermaga yang hilang, laut yang cekat, kemana nasib menderas
Kitalah perantau, selalu bimbang pada harapan dan jalan pulang
Menghitung-hitung musim sesaji sambil mengutuki sang matahari
Ke dasar payau ke ujung bakau, nasib baik tak sudi memanggil
Jejak sunyi seorang lelaki yang berjalan di atas laut, menuju maut


Banda Aceh, 10 April 2008

Tidak ada komentar: