
Tentang kampung halaman dan perempuan
Tentang nenek moyang dan sejarah masa lampau
Lalu terasa betapa aku begitu sendiri dalam kesunyian
Yang entah berapa ratus tahun bisa di jangka
Di Keerkhof, sisa perjalanan hanya makam tua
Yang bersilangan nama-nama dan tahun kematian
Aku terpaku menghitung nama-nama pada dinding prasasti
Marga dan kerabat yang akrab dimata, ada juga Lambertus
Di Keerkhof, Aku terus mendepa jarak yang tak kunjung susut
Antara kampung halaman dan masa pelarian yang tak berkesudahan
Kuraba gambar Johanes L J Hubertus sambil membatin di ujung tugu
Apakah aku juga akan berbaring di tanah ini karena peluru
Atau segera menyusul anakku yang terlanjur berlayar ke hulu
Di Keerkhof betapa keyakinan telah menjadikan aku batu
Lalu ku catat satu demi satu hentakan waktu yang terus menderu
Seolah derap sepatu serdadu marsose dari masa lalu datang memburu
Puisi ini tentang kenangan dan juga pengharapan
Ke arah mana kesepakatan akan dibawa sepenuh hidup
Di Keerkhof betapa aku telah melampaui batas waktu
Antara sejarah masa lalu dan harapan yang akan datang
Bisakah kita mengubur dendam dengan diam
Seperti mereka yang dahulu telah perang dan pulang?
Banda Aceh, 31 Juli 2008
*Keerkhof= Makam Tentara Belanda di Banda Aceh