
Memutar segala ingatan hingga batas kenyataan dan jarak rasa
Dan pertengkaran yang menjauhkan kita dari hati dan tatap mata
O, betapa kesepian begitu membunuh melebihi bisa ular
Dalam setiap kepahitan dan manisnya kebersamaan
Masa lalu kita adalah sejarah yang patut dikenang
Pun kepada anak-cucu kelak patutlah menjadi cerita
Bahwa kita benar pernah saling cinta dan menyayangi
Namun bila perpisahan adalah jalan menuju sisa umur
Maka kuterima semua takdir dan kehendak rahasia itu
Sebagai tanda kepasrahan dan kepercayaan kepada-Nya
Sampai pada nanti puisi membunuhku di batas sepi
Banda Aceh, 28 November 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar