Kamis, 23 Oktober 2008

Tak Juga Tulang Rusuk

Di pedalaman pulaumu aku hanya pelaut terkapar mabuk
Setelah lusinan kata kurajut dari pinggulmu berharap ramping
Matamu masih saja terbalut nila padahal hati belumlah senja
Kita terlanjur melepas tangan melepas janji, patah hati

Berharap pinggulmu menjelma pelana setelah lama dahaga
Aku terkapar mabuk menahan retak, tangis menderas
Merapal mantra dari kata-kata yang terlanjur laknat
Bilah-bilah puisi yang bertahun kususun tak juga tulang rusuk

Kini berlayar aku pulang tanpa angin dan sapu tangan tanda mata
Hanya duka mengurungku dalam belitan kesendirian, nyeri
Pelayaran setelah ini hanya kekosongan hingga penghabisan
Jika nanti aku mati serahkan tubuhku kepada api biar jadi sepi

Banda Aceh, 23 Oktober 2008

Tidak ada komentar: