Rabu, 22 Oktober 2008

Berharap Engkau Sebelum Senja

Masihkah kita menghela nafas dengan nada sama
Seperti ketukan ombak pada dinding batu
Lepas dimana waktu telah melerai pertemuan
Janjimu setia pada matahati, aku matahari

Kau pernah bilang aku begitu tajam seperti haiku
Berlayar dengan lengan terjulur, adakah itu soneta
Saling merendam bara ketika malam merebut waktu
Lalu terkapar merendam pikiran tanpa api

Pada jarak yang sengaja kuhela mendekat
Kau hanya melempar tatap mata lalu kabut
Berlari sebagai siluet dalam ruang gelap puisi
Sedang aku hanya pelaut yang termabuk tanpa arah, luka

Lalu di lingkar tangan bukit Tjampuhan
Aku terkapar mengais-ngais kenangan
Mabuk pada lukisan perempuan telanjang
Berharap engkau sebelum senja membawa hati

Denpasar, 20 Oktober 2008

Tidak ada komentar: