Seperti ketukan ombak pada dinding batu
Lepas dimana waktu telah melerai pertemuan
Janjimu setia pada matahati, aku matahari
Kau pernah bilang aku begitu tajam seperti haiku
Berlayar dengan lengan terjulur, adakah itu soneta
Saling merendam bara ketika malam merebut waktu
Lalu terkapar merendam pikiran tanpa api
Pada jarak yang sengaja kuhela mendekat
Kau hanya melempar tatap mata lalu kabut
Berlari sebagai siluet dalam ruang gelap puisi
Sedang aku hanya pelaut yang termabuk tanpa arah, luka
Lalu di lingkar tangan bukit Tjampuhan
Aku terkapar mengais-ngais kenangan
Mabuk pada lukisan perempuan telanjang
Berharap engkau sebelum senja membawa hati
Denpasar, 20 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar