
Seperti melacak jejak Hawa dalam kegersangan aroma pasir
Barat dan Timur melingkarkan luka terasa lengan tertusuk bisa
Dimana tapal batas dahulu Adam menjemputmu, Aku tak tahu
Lalu ketika angin mengirimkan desahan seperti nafas para ratu
Kau menjelma Cleopatra dengan lirikan paling tabu di ujung waktu
Aku terkapar membaca detakan nadi seperti Firaun terkurung laut
Lalu tergesa mengapai jejakmu yang menghilang terkubur arus
Kitalah pertentangan dua arus yang memisahkan Musa dengan Firaun
Pada batas keyakinan yang membelah laut sebagai jalan menuju selamat
Takdir telah memilah kita sebagai dua garis nasib, tak mungkin satu
Hingga pada puisi ini tertuliskan sudah tak mungkin menjelma prasasti
Banda Aceh, 27 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar