
Lembing dan tombak menusuk lambung perahu
Tercabik-cabik hati tercabik cabik nasib
Berceceran air hujan berceceran airmata
Aku terkapar hampir sekarat
Dimana adinda?
Ubud, 19 Oktober 2008
Pantailah tempat pasir mengubur kenangan tanda kembali, janji. Dermaga yang hilang, laut yang cekat, kemana nasib menderas. Kitalah perantau, selalu bimbang pada harapan dan jalan pulang. Menghitung-hitung musim sesaji sambil mengutuki sang matahari. Ke dasar payau ke ujung bakau, nasib baik tak sudi memanggil. Jejak sunyi seorang lelaki yang berjalan di atas laut, menuju maut.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar