Kamis, 29 Januari 2009

Jangan Lagi Menabur Api

Hancurkan aku semampu kau mau sekuat kau bisa

Tajam jemarimu seliar ular menikam bisa

Aku terluka menahan derita masih saja dirimu tega


Lidah yang berapi jangan membakar tubuh sendiri

Berkacalah pada cermin kepada air padamkan api

Hidup tak mati di sini ada masa dimuka nanti

Jika binasa hari di sini bagaimana melangkah nanti


Kesumat di hati jangan sampai menjelma belati

Aroma melati hanya menghantar tubuh yang mati

Jikapun dengki jangan engkau menabur duri


Kepada langit mari coba tenangkan diri

Sungguh aku tak mungkin berlari, tak jua ingkari

Hanya rezeki tak mau menghampiri

Sudilah engkau menahan diri bersabar hati


Banda Aceh, 29 Januari 2009



Rabu, 28 Januari 2009

Betina Api

Pernah sekali waktu kutandai lekukmu

Seperti nelayan menandai lubuk ikan

Lalu di landai harum teluk kau bergayut saling berpagut

Ketika itu ombak-ombak belum mengamuk


Tapi seiring waktu kau mulai menyuburkan lamun bisa

Menjelma ikan pari, hiu gergaji dan juga duri babi

Menikam dan menggerogotiku hingga pasi hampir mati


Kini pada jarak waktu dan rentang nasib yang terus menjauh

Kau masih terus mengirim tuba berharap aku binasa

Gumparan angin menjelma teluh dari matamu menyala api

Memaki-maki segala caci betina api tak berhati

Jika masih punya mungkin sehitam kenari begitu duri


Masa lalu bagiku adalah keindahan yang patut dikenang

Meski kadang terbaca garam tak pernah ada kata sesal

Namun hari terus kau tikam dengan tajam duri babi

Lalu sekujur menjadi hitam penuh bisa dari muka hingga ke siksa


Banda Aceh, 29 Januari 2009

Selasa, 27 Januari 2009

Jangan Amata Menambah Pias

Jangan menangis untukku bila terlanjur menanam rasa

Airmata hanya merapuhkan karang melenyapkan garam

Kita sama tahu kepiluan akan mematahkan derap menenggelamkan harap

Jika aku mati janganlah memupuk cemas simak saja jejak emas

Akan ada masa menumbuhkan harap lelah dan cemas jangan sampai engkau kemas

Berlayar gegas akan baik buat kelak berangkatlah sepenuh kehendak

Walau musim sedang pedas jangan airmata menambah pias



Banda Aceh, 28 Januari 2009




Sabtu, 24 Januari 2009

Menyusur Rindu ke Telapak Ibu

Ini surat penghabisan kutulis dari laut

Penanda luka dari tubuh terlapuk waktu

Musim menikam, rindu meradang, aku pulang

Menyusur rindu ke telapak ibu, maafkan anakmu



Banda Aceh 24 Januari 2009

Berharap Ibu

Kepada ibu kukabarkan rindu

Juga perempuan yang terus menunggu

Sekujurku membiru berburu nafsu

Wajahku pilu terkurung sembilu


Bacakan doa untukku Ibu

Karam anakmu janganlah dahulu

Sebelum bersimpuh di ujung kakimu


Banda Aceh, 24 Januari 2009