Jumat, 16 Januari 2009

Sejak Langit Mengunci Diri

Dari sekian mimpi-mimpi yang terlanjur karam

Kau telah menyeretku pada pusaran masa lalu

Dari kuburan nenek moyang yang menjelma batu-batu

Satu dua nisan seolah kenangan lama

yang menyembulkan luka-luka ke permukaan


Pada pertautan kita yang semakin tak juga dimengerti

Tali layar dan tiang kemudi membelit sekujur perahu

Haluan dan buritan sama kerasnya mematahkan janji

Kita hanya menunggu waktu untuk tenggelam diam-diam


Dari sekian janji yang telah terucapkan dari hati

Kau memilih pelarian sebagai jalan tak akan kembali

Mengubur mimpi-mimpi seperti jasad di dalam peti

Meski langit mengunci diri, air mata ini tak mungkin berhenti



Banda Aceh, 17 Januari 2009



Tidak ada komentar: