Kamis, 22 Januari 2009

Surat Dari Laut


Masih melekat aroma doa, suara tahlilan dan wangi kasuba

Pada ketika Jumat malam terakhir jelang kepergian

Juga sisa airmata dari perempuan bermata pari

Yang terus kuhisap sebagai getar pembunuh rindu


Batu terakhir yang kupungut sebelum menaiki perahu

Kini tergantung di pinggang sebagai jimat dan penanda pulang

Meski alamat tak lagi tercatat, janji di kampung tak mati terbunuh

Berlayar pulamg-berlayar pulang, sio mama anakmu sengsara


Lalu seperti puisimu yang mengabarkan hujan Januari

Telah kutatah suku cadang perahu dari layar ke tali kemudi

Memompa rindu sepenuh palka sebagai bekal menuju ibu

Meski luka sepenuh tubuh berlayar pulang kuyakin mampu


Banda Aceh, 22 Januari 2009

Tidak ada komentar: