
Pernah sekali waktu kutandai lekukmu
Seperti nelayan menandai lubuk ikan
Lalu di landai harum teluk kau bergayut saling berpagut
Ketika itu ombak-ombak belum mengamuk
Tapi seiring waktu kau mulai menyuburkan lamun bisa
Menjelma ikan pari, hiu gergaji dan juga duri babi
Menikam dan menggerogotiku hingga pasi hampir mati
Kini pada jarak waktu dan rentang nasib yang terus menjauh
Kau masih terus mengirim tuba berharap aku binasa
Gumparan angin menjelma teluh dari matamu menyala api
Memaki-maki segala caci betina api tak berhati
Jika masih punya mungkin sehitam kenari begitu duri
Masa lalu bagiku adalah keindahan yang patut dikenang
Meski kadang terbaca garam tak pernah ada kata sesal
Namun hari terus kau tikam dengan tajam duri babi
Lalu sekujur menjadi hitam penuh bisa dari muka hingga ke siksa
Banda Aceh, 29 Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar