Kamis, 25 September 2008

Merapuh di Jalan Nasib

Jika malam adalah kesunyian
Maka tak ada lagi malam yang lebih sunyi setelah kau pergi
Padamnya angin sama artinya warna bulan kau buat mati
Setiap malam aku sendiri memburu mimpi tanpa tepi

Jika malam adalah kesendirian
Maka tak ada lagi yang lebih sendiri selain aku di malam ini
Jarum jam berlalu pergi sedang kita belum sempat berucap janji
Memburu mimpi tanpa tepi setiap malam aku sendiri

Jika malam adalah kesepian
Maka tak ada lagi yang lebih sepi sejak kau tak ada disini
Merapuhlah musim merapuh juga jalannya nasib
Jarak yang bertaji telah membunuh debar di hati


Banda Aceh, 26 September 2008

Rabu, 24 September 2008

Ke Laut Biru Selalu Manja Membawa Muka

Rentalah perahu tanpa kemudi dan harga diri
Layar terkapar, tiang temali terkulai sangsai
Terasa di rajam niat bersama terancam karam
Pertalian apa begitu cepat direnggangkan bisa

Malamkah yang menanam duri di wajah pelaut
Atau kuda betina yang meronta karena tersiksa
Sesiapapun ia selalu saja merindu pelukan
Lantas dimana itu lentara kini kau simpan?

Antara kita terlalu banyak saling menyiksa
Laut dan pantai terasa lekas menuakan rupa
Meski pelaut selalu saja gagah perkasa
Ke laut biru selalu manja membawa muka


Banda Aceh, 25 September 2008

Lirikan Merah Muda


Pada tiap-tiap kebersamaan yang pernah kita layari
Aku terus menyimpan kenangan sebagai buih di buritan
Lalu ketika kau telah pergi untuk waktu yang tak pasti
Aku terus mengurai janji menjadi mujarab sebagi obat
Demi sisa pelayaran yang menjadi kelam berwajah muram

Pada tiap-tiap malam dan haluan kapal yang sepi
Aku selalu mencari senyummu di wajah bulan
Kau sepertinya disana menggodaku, iya kan?
Dengan lirikan merah muda yang manja menyapa
Aku hambar, terdampar mengais kenangan lelah terkapar

Lalu ketika engkau entah dimana sedang apa
Aku terus membaca matamu di wajah bunga yang kau titipkan
Kemarin lusa bersama sebuah pelukan paling ku pinta
Malam merayap, aku meraba rasa seolah kita telah lama melupa
Mungkinkah ada masa bagi kita meneruskan cerita?


Banda Aceh, 24 September 2008

Rabu, 17 September 2008

Airmata Pantai Ulee Lheu


Lembing dengan bisa apa yang mereka tikamkan ke dadamu sebegitu tuba
Lautan berganti warna airmata berganti rupa, tumbuh sengsara
Topan dan halilintar merubuhkan senyuman di wajahmu
yang biasanya mengembang melebihi bentangan layar

Senja itu dua batang airmata melerai amuk dan kau terus menangis
Terasa masai aroma pantai dan kita yang lunglai
Seperti juga bangkai kapal yang terkapar ditelan umur

Lalu ketika malam mulai merayap dengan jubah warna hitam
Kita sudah saling membuka mata seperti cahaya pada gulita
Aku tahu kau terluka, merapatlah biar ku seka

Pegang tangan ini kita melangkah
Mari pulang dengan senyum sepenuh muka

Banda Aceh, 17 September 2008

Senin, 15 September 2008

Sepasang Jemari di Kabin Waktu


Matamukah itu atau rembulan begitu merdu
Mengirimkan warna ke kabin perahu
Kita melaju terus berpacu hati bertalu
Ada getar dan detak datang memburu

Peluklah aku dengan niat setulus madu
Menuntun janji sepasang jemari di kabin waktu

Antara kita sudah lama merintang perdu
Seribu teluk seribu tanjung sudah saatnya berucap satu

Kecuplah aku bibir yang rindu
Sepanjang waktu kita berpadu


Banda Aceh, 16 September 2008

Selangit Biru Sehembus Nafas


Kitalah yang telah menggiring rembulan
Ke pantai ini dalam dekapan selangit biru
Basah di matamu wangi gelombang
Mengirimkan kepasrahan, sehembus nafas

Di batas pasir sambil menari
Kita saling menitipkan harapan untuk kembali
Membawa rindu dari cerukan paling tubir

Kau rembulanku dekaplah penuh asinku seluruh
Saling menggantung lingkar tanganmu di bahuku syahdu

Sudah larut sayang mari kita pulang
Tautkan semua pada mimpi
Besok janji kembali lagi


Banda Aceh, 15 September 2008


Senin, 08 September 2008

Pelaut Tanpa Wajah


Wajahku carut marut di tikam cakar
Perahu terkapar di hunus taring hiu
Bisa memenuhi seluruh tubuh kini layu
Tajam ekor pari dan jemari istri menusuk ke empedu

Aku kini pelaut tanpa wajah sekujurku malu
Berlayar aku menuju gelap dengan tutup mata
Membuang rupa seperti sauh biar karam
Layar dan bendera berganti hitam tak bernama

Ke palung-palung tiada penghuni aku sembunyi
Menutup diri dalam segumpal kisah sunyi
Mati aku tiada peduli esok atau lusa hanyalah sepi
Di lautku semua rupa menjadi hitam, semakin kelam

Banda Aceh, 8 September 2008