
Lautan berganti warna airmata berganti rupa, tumbuh sengsara
Topan dan halilintar merubuhkan senyuman di wajahmu
yang biasanya mengembang melebihi bentangan layar
Senja itu dua batang airmata melerai amuk dan kau terus menangis
Terasa masai aroma pantai dan kita yang lunglai
Seperti juga bangkai kapal yang terkapar ditelan umur
Lalu ketika malam mulai merayap dengan jubah warna hitam
Kita sudah saling membuka mata seperti cahaya pada gulita
Aku tahu kau terluka, merapatlah biar ku seka
Pegang tangan ini kita melangkah
Mari pulang dengan senyum sepenuh muka
Banda Aceh, 17 September 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar