
Cinta yang membara
Tak jua menjelma sepasang angsa
Engkau yang dulu
Engkau yang biru
Kini menanam rerimbun pilu
Cinta yang ragu
Hanya terminum sebagai empedu
Banda Aceh, 18 Maret 2009
Pantailah tempat pasir mengubur kenangan tanda kembali, janji. Dermaga yang hilang, laut yang cekat, kemana nasib menderas. Kitalah perantau, selalu bimbang pada harapan dan jalan pulang. Menghitung-hitung musim sesaji sambil mengutuki sang matahari. Ke dasar payau ke ujung bakau, nasib baik tak sudi memanggil. Jejak sunyi seorang lelaki yang berjalan di atas laut, menuju maut.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar