
Sedang aku terkantuk-kantuk antara Cengkareng dan Lippo Cikarang
Perjalanan malam ini seperti meneteskan luka dengan air garam
Perih berseliweran dari ubun-ubun hingga celah dada
Aku begitu asing menatap Jakarta dari jendela taksi, pasi
Di Cikarang kuhirup aroma nila yang menguap dari tubuh malam
Marka jalan seolah usus terburai cerai berai tergilas ban mobil
Tapi dari tanah seberang kau terus mengirim anak panah kata-kata
Menikam ke jantung hingga ujung jemari, mengapa begitu kasih?
Di layar televisi ada sinetron percintaan yang entah apa judulnya
Cerita tentang anak remaja dengan pongahnya berganti pacar
Lalu aku merasa kau sedang menangis seperti gadis di televisi
Padahal kita sudah terlalu tua untuk bermain dengan hati
Kau semakin merajalela mengirim kutukan seperti penyihir
Seolah aku bisa meminang seribu gadis dalam erang kenikmatan
Kau tahu aku hanya pemburu sepi dengan wajah terlalu biasa
Untung tak di bilang binasa, mana mungkin ada yang mau
Tapi itulah kau, selalu tak percaya dan mengutukku seperti anjing
Cikarang, 02 Desember 2008
2 komentar:
o mai gad...
kudu pinter ngeles bang biar dia percaya huehehehe
*ini mah kek nyiramin bensin ke api yg sedang menyala*
Waaa, puisinya bagus2 *tepuk tangan* bagaimana caranya biar bisa merangkai kata-kata nan indah? *puisi2ku kesannya corny bin basi*. Btw, karena saya suka blognya, boleh saya link gag? Thanq :D
Posting Komentar