
Seperti rintihan irama keroncong yang menyayat hati
Engkaupun telah pergi setelah malam penuh airmata
Demi mimpimu yang terus berlari di atas awan
Bentang pelangi bukanlah tangga untuk kembali
Kecuali rinai yang menggayut di penghujung dua mata
Aku lelaki tak mampu lagi merajut layar menjadi layang-layang
Mengejarmu hanya bayang-bayang, tak mungkin sampai aku ke awan
Tapi namamu telah tertulis di badan kapal, sebagai teman merajut malam
Hingga jika karam, kenangan tentangmu kubawa pulang menjadi karang
Suara-suara hati seperti para mardijkers melagukan mimpi
Dari balik palka sepi melahirkan shymponi, senandung hati
Lalu kata tak lagi berbunyi selain deretan abjad yang mati
Dan segalanya menjadi sepi, seperti keroncong meneruskan sunyi
Banda Aceh, 10 Februari 2009
*Mardijkers=Sebutan untuk budak yang sudah di merdekakan Portugis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar