Jumat, 29 Agustus 2008

Pada Satu Persinggahan


Pada batas pelayaran yang kita sebut takdir
Genggam jemari kian berpadu di pelataran kisah
Jatuh terurai seperti helaian rambut pada asin gelombang
Dan biru warna mata yang menjelma delima
Tempat dahaga tertuntaskan sebelum jelaga

Aku merinduimu seperti tali-temali
Yang menjadikan layar mengembang
Pada angin yang menjadikan perahu terus melaju
Membelah nasib menjadikan karib

Kita telah saling mengerti debaran di hati
Seperti ombak pada pantai selalu merdu
Basuhlah, asinmu mengeringkan luka
Entah di dada, entah di wajah

Merapatlah padaku jika rindu terus memburu
Aku menunggu begitu merdu, dekaplah lebih erat
Sudah tak ada waktu lagi untuk kita mengukur jarak

Banda Aceh, 30 Agustus 2008

Tidak ada komentar: